Cerita Rakyat Kubu Raya : Rezeki Jangan Ditolak, Maut Jangan Dijemput


Kisah ini berlatar di sebuah kerajaan antah berantah dimana tempatnya. kerajaan ini dipimpin oleh seorang raja yang sangat terkenal dan masyhur. Raja yang tidak diceritakan namanya ini memliki seorang putri yang berparas cantik dan sangat baik hati. Setiap hari putri tersebut bergaul dengan orang-orang yang ada di sekitar kerajaan. Segala kegiatannya selalu diawasi dan dilaporkan oleh seorang pengawas kepada raja.
Wajah putri yang sangat cantik jelita dengan baik budi bahasa membuat setiap lelaki di kawasan kerajaan menaruh hati. Oleh karena para lelaki takut dan segan terhadap raja, semua perasaan suka hanya berani di simpan di hati masing-masing. Termasuk pengawas raja juga diam-diam menaruh hati kepada putri. Namun, semua perasaan lelaki tersebut tidak pernah diketahui putri. Ia hanya menaruh hari kepada seorang lelaki yang sangat dekat dengannya.
Putri diam-diam ternyata telah menaruh hati kepada seorang kuli kerajaan yang tugasnya melayani tuan putri. Kuli tersebut sangat baik dan patuh terhadap apa saja yang menjadi tanggung jawabnya. Seiring berjalannya waktu, hubungan dekat putrid an kuli semakin menjadi. Putri merasa dirinya telah jatuh cinta kepada kuli, begitupun sebaliknya yang dirasakan kuli kerajaan.
Gerak-gerik putri dan kuli akhirnya diketahui oleh pengawas raja. Pengawas yang juga menaruh hati kepada putri merasa iri dan sakit hati kepada kuli. Hubungan putri dan kuli yang biasa saja diceritakan menjadi tidak baik oleh pengawas kepada raja. Pengawas yang tidak tahan melihat hubungan putri dan kuli pun langsung menghadap raja untuk memberikan laporan.
“Ampun tuanku raja, hamba ingin melaporkan hasil pengawasan terhada kegiatan putri tuan dalam sehari ini,” ungkap pengawas kepada raja.
“Laporan apa yang hendak engkau kabarkan perihal putri kesayanganku?” tanya sang raja.
Pengawas pun menceritakan bahwa putri telah menjalin hubungan tidak baik dengan kuli kerajaan. Pengawas memfitnah kuli bahwa putri telah berani berpelukan dengan kuli kerajaan.
“Raja bisa bayangkan kalau hal ini dibiarkan, bisa jatuh martabat dan harga diri tuanku raja,” ucap pengawas memanas-manasi raja.
Raja yang geram dengan hasil laporan pengawas kemudian menulis sebuah surat yang harus diantarkan kepada algojo kerajaan. Raja menulis surat yang isinya “Yang membawa surat ini segera dipancung kepalanya”. Raja pun memerintahkan pengawas agar surat tersebut diantar oleh kuli kepada algojo kerajaan. Surat tersebut tidak boleh dibuka dan diketahui isinya.
Perihal surat tersebut, awalnya pengawas merasa iri karena raja bukan memberikan amanah kepadanya, melainkan kepada kuli yang telah berhubungan dengan putri. Namun, ia tetap memberikan surat tersebut kepada kuli.
“Hei kuli, ini ada perintah raja untukmu, raja menyuruhmu mengantarkan surat ini kepada algojo saat ini juga,” ungkap pengawas.
“Baiklah, aku akan mengantarkan surat ini sekarang,” jawab kuli mematuhi perintah pengawas.
Walaupun pengawas memberikan surat itu kepada kuli, tetapi ia mengawasi kegiatan kuli dari belakang secara diam-diam.
Kuli dengan semangat dan segera menjalankan tugas untuk menemui algojo dan memberikan surat. Selang beberapa jauh berjalan, kuli tersebut melewati sebuah rumah warga yang mengadakan acara. Warga yang mengadakan hajatan tersebut kemudian menyeru kuli agar mampir di rumahnya untuk makan bersama.
“Kuli kerajaan, mari mampir dulu sebentar untuk makan bersama,” seru tuan rumah yang mengadakan hajatan.
“Maaf, saya sedang buru-buru menjalakan tugas dari raja, lain waktu saja,” jawab kuli berusaha menolak ajakan.
“Hei kuli, rezeki jangan ditolak, mau jangan dijemput,” ungkap tuan rumah.
Kuli terdiam sejenak mendengar kata-kata tuan rumah. Dalam hati kul membenarkan perkataan tuan rumah. Akhirnya, iapun mampir untuk makan sejenak di rumah orang yang hajatan. Melihat kuli makan, pengawas yang membuntuti marah dan mendatangi kuli yang mulai makan.
“Kuli malas, kenapa kamu tidak segera mengantarkan surat dari raja itu,” tegas pengawas dengan nada marah.
“Aku makan dahulu sebentar, selepas ini aku langsung mengantar surat itu,” jawab kuli.
“Kalau begitu, biar aku yang mengantarkan surat dari raja tersebut,” pinta pengawas.
Dengan berat hati, kuli akhirnya memberikan surat dari sakunya kepada pengawas. Pengawas yang puas hatinya dengan segera menuju kediaman algojo kerajaan. Dalam hatinya pengawas merasa bahwa raja akan bangga dan memujinya karena telah menyampaikan amanahnya kepada algojo.
Sesampai di kediaman algojo, pengawas memberikan surat dari raja. Algojo yang membaca surat tersebut langsung menyuruh pengawas berdiri. Algojo menyiapkan pedang untuk segera memancung kepala pengawas. Pengawas sangat ketakutan melihat reaksi algojo yang langsung bersiap akan membunuhnya.
“Algojo, apa yang akan kamu lakukan kepadaku,” tanya pengawas dengan penuh ketakutan.
“Kamu telah mengantarkan surat ini kepadaku, raja memerintahkan kepadaku untuk memancung kepala orang yang membawa surat ini kepadaku,” jawab algojo sambil menunjukkan isi surat.
Algojo pun segera memancung kepala pengawas kerajaan hingga putus. Merasa sudah menjalankan tugasnya, algojo merasa puas dan telah berbakti kepada raja. Di tempat lain, kuli masih hidup tenang dan kembali ke kerajaan untuk melayani putri kerajaan.


EmoticonEmoticon