Wajah putri yang
sangat cantik jelita dengan baik budi bahasa membuat setiap lelaki di kawasan
kerajaan menaruh hati. Oleh karena para lelaki takut dan segan terhadap raja,
semua perasaan suka hanya berani di simpan di hati masing-masing. Termasuk
pengawas raja juga diam-diam menaruh hati kepada putri. Namun, semua perasaan
lelaki tersebut tidak pernah diketahui putri. Ia hanya menaruh hari kepada
seorang lelaki yang sangat dekat dengannya.
Putri diam-diam
ternyata telah menaruh hati kepada seorang kuli kerajaan yang tugasnya melayani
tuan putri. Kuli tersebut sangat baik dan patuh terhadap apa saja yang menjadi
tanggung jawabnya. Seiring berjalannya waktu, hubungan dekat putrid an kuli
semakin menjadi. Putri merasa dirinya telah jatuh cinta kepada kuli, begitupun
sebaliknya yang dirasakan kuli kerajaan.
Gerak-gerik putri
dan kuli akhirnya diketahui oleh pengawas raja. Pengawas yang juga menaruh hati
kepada putri merasa iri dan sakit hati kepada kuli. Hubungan putri dan kuli
yang biasa saja diceritakan menjadi tidak baik oleh pengawas kepada raja.
Pengawas yang tidak tahan melihat hubungan putri dan kuli pun langsung
menghadap raja untuk memberikan laporan.
“Ampun tuanku raja, hamba ingin melaporkan
hasil pengawasan terhada kegiatan putri tuan dalam sehari ini,” ungkap pengawas
kepada raja.
“Laporan apa yang hendak engkau kabarkan
perihal putri kesayanganku?” tanya sang raja.
Pengawas pun
menceritakan bahwa putri telah menjalin hubungan tidak baik dengan kuli
kerajaan. Pengawas memfitnah kuli bahwa putri telah berani berpelukan dengan
kuli kerajaan.
“Raja bisa bayangkan kalau hal ini dibiarkan,
bisa jatuh martabat dan harga diri tuanku raja,” ucap pengawas memanas-manasi
raja.
Raja yang geram
dengan hasil laporan pengawas kemudian menulis sebuah surat yang harus
diantarkan kepada algojo kerajaan. Raja menulis surat yang isinya “Yang membawa
surat ini segera dipancung kepalanya”. Raja pun memerintahkan pengawas agar
surat tersebut diantar oleh kuli kepada algojo kerajaan. Surat tersebut tidak
boleh dibuka dan diketahui isinya.
Perihal surat
tersebut, awalnya pengawas merasa iri karena raja bukan memberikan amanah
kepadanya, melainkan kepada kuli yang telah berhubungan dengan putri. Namun, ia
tetap memberikan surat tersebut kepada kuli.
“Hei kuli, ini ada perintah raja untukmu,
raja menyuruhmu mengantarkan surat ini kepada algojo saat ini juga,” ungkap
pengawas.
“Baiklah, aku akan mengantarkan surat ini
sekarang,” jawab kuli mematuhi perintah pengawas.
Walaupun pengawas
memberikan surat itu kepada kuli, tetapi ia mengawasi kegiatan kuli dari
belakang secara diam-diam.
Kuli dengan
semangat dan segera menjalankan tugas untuk menemui algojo dan memberikan
surat. Selang beberapa jauh berjalan, kuli tersebut melewati sebuah rumah warga
yang mengadakan acara. Warga yang mengadakan hajatan tersebut kemudian menyeru
kuli agar mampir di rumahnya untuk makan bersama.
“Kuli kerajaan, mari mampir dulu sebentar
untuk makan bersama,” seru tuan rumah yang mengadakan hajatan.
“Maaf, saya sedang buru-buru menjalakan tugas
dari raja, lain waktu saja,” jawab kuli berusaha menolak ajakan.
“Hei kuli, rezeki jangan ditolak, mau jangan
dijemput,” ungkap tuan rumah.
Kuli terdiam
sejenak mendengar kata-kata tuan rumah. Dalam hati kul membenarkan perkataan
tuan rumah. Akhirnya, iapun mampir untuk makan sejenak di rumah orang yang
hajatan. Melihat kuli makan, pengawas yang membuntuti marah dan mendatangi kuli
yang mulai makan.
“Kuli malas, kenapa kamu tidak segera
mengantarkan surat dari raja itu,” tegas pengawas dengan nada marah.
“Aku makan dahulu sebentar, selepas ini aku
langsung mengantar surat itu,” jawab kuli.
“Kalau begitu, biar aku yang mengantarkan
surat dari raja tersebut,” pinta pengawas.
Dengan berat hati,
kuli akhirnya memberikan surat dari sakunya kepada pengawas. Pengawas yang puas
hatinya dengan segera menuju kediaman algojo kerajaan. Dalam hatinya pengawas
merasa bahwa raja akan bangga dan memujinya karena telah menyampaikan amanahnya
kepada algojo.
Sesampai di kediaman
algojo, pengawas memberikan surat dari raja. Algojo yang membaca surat tersebut
langsung menyuruh pengawas berdiri. Algojo menyiapkan pedang untuk segera
memancung kepala pengawas. Pengawas sangat ketakutan melihat reaksi algojo yang
langsung bersiap akan membunuhnya.
“Algojo, apa yang akan kamu lakukan
kepadaku,” tanya pengawas dengan penuh ketakutan.
“Kamu telah mengantarkan surat ini kepadaku,
raja memerintahkan kepadaku untuk memancung kepala orang yang membawa surat ini
kepadaku,” jawab algojo sambil menunjukkan isi surat.
EmoticonEmoticon